Pelajaran Fless ternyata tidak mudah, hampir 7 malam 7 hari,
hanya utak-atik fless, membuat doraemon, saya buat pake photoshop jadi tak
pindah kefles tidak jadi, pake corel jadi tak pindah pake fless tidak jadi ada
yang hilang, akhirnya buat pake adobefless langsung lagi juga masih kurang
sempurna akhirnya sak bisane semaksimal mungkin.
Saya kadang selalu berfikir kenapa kuliah D3 nilainya banyak
C padahal di SMK selalu Peringkat 1 atau rengking 1, sangat mengejutkan bagi
kami, padahal mesin kadang itu masih apa sampai sekarang, setelah saya kaji dan
evaluasi ternyata ada satu kelemahan yang harus saya terima dan perbaiki yaitu
datang terlambat, tentu di kuliah S1 harapan tidak akan diulangi lagi lebih
baik menunggu dosen dari pada telat, pentingnya menghargai waktu, dan terbukti
ampuh nilainya berubah jadi A. tak kusangka zaman D3 aku belum punya motor, hp
pun tidak punya, datang dari randubowo setelah subuh harus jalan kaki ke jalan
raya selama 45 menit baru sampai sojomerto atau jalan raya bisa naik angkot dan
bis, menuju limpung ternyata dilimpung sudah sekitar jam 6 kadang lebih menuju
pekalongan jauh sekali jangan kira dekat sekitar 1 jam 2 jamlah, sampai
terminal pindah bis lagi angkot atau bis mini kadang berhenti di POS Sis jalan
kaki ke grogolan yang pikir dekat ternyata jauh marem jalanya hanya rata saja,
sampai di pindah angkot jurusan BOM, itu kalau angkotnya benar kalau salah
jurusan bisa sampai mau sampai ke wiradesa ternyata kesasar masa Allah
begitulah perjuangan di D3, naik jurusan BOM berhenti di SMEA atau lapangan
sepak bola dari situ jalan kaki ternyata jauh, jangan samakan naik motor.
Sampailah ke STMIK, akhirnya kadang telat. Pernah terjadi ujian sampai di STMIK
sudah selesai ujiannya waduh priye jal, tetapi dengan kebijaksanaan akhirnya Pak
Win mau menanti dan memberikan ujian pada aku sendiri sampai saya selesai
mengerjakan dan mau mencarikan ruang ujian yang sudah hampir semua kosong.
Sungguh berharga bagi kami atas kebijaksanaannya. Nyatane niat untuk merubah
nasib orang desa yang jauh dari kota, biar berubah desanya daerahnya biar maju,
harus mau kuliah walaupun dengan dana sak punyanya kadang harus jual emping
dulu di limpung untuk biaya bis, kadang coklat jual dulu untuk biaya kuliah
atau ongkos bis, yang saya heran dari hal tersebut waktu kuliah adalah pohon
coklat hampir setiap mau berangkat kuliah selalu ada buahnya, mungkin itu kasih
sayang Allah. Terus menghasilkan coklat padahal hanya 2 pohon. Sak
nilai-nilainya saya bersukur di D3 saya tak pikir tidak menyesal dapat nilai
berapa. Terima kasih teman sahabat ku, biaya wisuda D3 aku dipinjami teman
uanganya untuk bayar. Alhamdulilah ada orang baik-baik yang menolong sungguh
luar biasa dan saya berdoa agar cepat diterima PNS orang tersebut alhamdulilah
diterima PNS langsung di tahun setelah lulus, saya berdoa sendiri belum PNS,
PNS ya, mungkin Allah ada maksud yang lain ? berprasangka baiklah pada Allah
niscaya kamu berhasil.
Sekarang niat kuliah S1 dengan biaya sendiri dan orang tua
juga Bantu semoga sukseslah alhamdulilah nilai saya bersyukur baik dan
mudah-mudahan semester depan baik lagi.
Orang desa niat untuk berubah nasib ya harus berjuang.
Harapan kami orang desa jadi lebih sejahtera dan hidupnya lebih baik. Tentu
ilmu yang saya peroleh tak sebar luaskan dimana saja kepada siapa saja dengan
maksud biar mereka juga bisa, mereka juga biar sejahtera dan nasibnya baik, tak
sebar di desa, di kota, kepada orang muda, orang tua, kaya miskin, kecil besar
tak ajari semua, termasuk guru SD. Adaikata Bu zaman itu warnet itu milik saya tentu
saat itu tak ajar gratis tidak usah bayar, tetapi itu bukan milik saya jadi
saya ikuti bos. Dan itu memang aturannya. Bair ibu guru SD bisa computer dengan
saya santai aja tak ajari mau model apa aja, tapi sayang saya bisa buka
sendiri, hanya bisa buka les computer gratis di kampong belum bisa dikota,
tetapi ada harapan karena saya juga ingin buka les computer di kota atau warnet mudah-mudahan terwujud
karena banyak yang butuh ilmu computer.
Salam perjuangan pemuda Indonesia
Tugiyono
Hidup Mandiri berdiri di kaki sendiri Merdeka
No comments:
Post a Comment